Menyambut  Hari Maulid Nabi Muhammad SAW, Begini Tradisi Male Di Loloan

BALI,FokusKriminal.com – Sebagaimana di Desa-desa lainnya, loloan yg merupkan sebuah kelurahan, menjadi rutinitas yang getol dipertahankan oleh masyarakat loloan dalam hal perayaan Maulid Nabi.

Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian yang jga di rangkai dengan kegiatan2 positif sederhanaa yang bersifat kompetisi.

Acara Maulid Nabi yang berkembang di pulau Bali khususnya di Loloan biasanya dilakukan berkaitan dengan upacara kelahiran yang disebut dengan tradisi Male. Bagi masyarakat Loloan, upacara mauludan merupakan upacara memotong rambut bayi yang dibawa sejak lahir sebagai simbol berakhirnya masa bayi.

Tradisi Male di Loloan bersifat massal karena dilakukan oleh semua keluarga yang mempunyai bayi, dan didukung oleh seluruh warga masyarakat dan diselenggarakan di masjid besar/Mushollah/Pengajian/Ponpes/Sekolah muapun dirumah Pribadi di lingkungan tersebut.

Setiap keluarga yang mempunyai anak yang berumur beberapa bulan, ayahnya membawanya ke masjid dan rambut anak-anak ini kemudian dipotong oleh para sesepuh, yang umumnya Alim Ulama.

Setelah rambut dipotong di masjid, anak di bawa pulang ke rumah keluarga masing-masing dan di mandikan dengan air kelapa gading, lalu dirias dengan barang-barang untuk merias diri si anak tersebut. Keunikan upacara mauludan ini terlihat pada sesaji dan kelengkapannya.

Sesaji yang berupa male (dibaca malai) terbuat dari untaian buah-buahan dan telur yang bersusun menjulang, dengan tatanan buah di bawah dan telur di atas. Telur itu sendiri dihiasi dengan rumbai-rumbai kertas berwarna warni.

Sesaji ini dilengkapi dengan setumpuk barang di atas talam, yang berupa 7 lembar kain jarik yang belum pernah dipakai, beras kuning, uang (kepeng/koin), kelapa gading yang diukir, keris (pusaka), dan barang-barang untuk merias diri.

Tradisi ini banyak mempunyai makna dan fungsi bagi masyarakat pendukungnya sehingga tradisi ini masih tetap dipertahankan oleh masyarakat setempat. adapun makna dan fungsi dari tradisi male ini meliputi fungsi agama yang mana fungsi tersebut memfokuskan untuk orang tua supaya menjadi orang tua yang baik dalam mengemban amanat Allah SWT selain itu juga fungsi agama disini bisa dikatakan sebagai fungsi dakwah kepada masyarakat sekitar. Sedangkan fungsi sosial yang terkandung pada tradisi male ini, meliputi norma sosial, sebagai pengendali sosial.

Pewarta    :  Samsul

Editor        : D/Anton/Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *