Deklarasi LANTERA Akan Fokus Pada Pencegahan Terorisme

Fokus Opini – Istilah terorisme bukan hal yang baru terdengar di telinga. Sudah sekian ratus atau sekian ribu kali telinga mendengar istilah tersebut. Terlebih setelah peristiwa hancurnya menara kembar WTC di New York AS yang ditabrak oleh dua pesawat yang dibajak kelompok teroris. Sejak saat itu pula berbagai media masa asing maupun media lokal banyak menyuguhkan berita terkait berbagai aktivitas teroris ini. Termasuk beberapa kejadian teror yang dilakukan kelompok teorirs di Indonesia banyak mewarnai media masa. Oleh karena itu, terorisme sejatinya adalah musuh bersama seluruh umat manusia.

Rupanya itu pula yang melatarbelakangi sejumlah tokoh Jawa Barat, pada hari Minggu (13/1) berkumpul dan mendeklarasikan berdirinya LANTERA, Lembaga Anti Terorisme dan Radikalisme. Kehadiran lembaga ini diharapkan bisa menjadi mitra Pemerintah dalam melakukan pencegahan terorisme dan radikalisme. Jadi fokus sosialisasi, pencegahan dan pendidikan anti terorisme, termasuk tentunya memberi pelatihan kewirausahaan dan membuka lapangan kerja baru. Kewirausahaan dan pembekalan keterampilan juga menjadi penting dan tak terpisahkan dari program pencegahan terorisme dalam rangka membangun kesempatan untuk memperoleh kehidupan yang sejahtera bagi seluruh masyarakat.

Sejumlah tokoh yang hadir ada KH. Alawy Al Bantani, KH. Kholidin (Abah Din), Ust. Arif, Dede Farhan, dan beberapa tokoh pemuda di Jawa Barat. Meskipun pertemuan hari kemarin masih terbatas di Jawa Barat, tetapi gaungnya sudah terdengar ke beberapa tokoh ulama dan pemuda di beberapa propinsi lain, dan semua menyambut positif kehadiran lembaga ini dalam rangka turut serta mewujudkan Indonesia yang damai dalam bingkai NKRI.

Terorisme adalah musuh kemanusiaan dan harus dilawan. Seluruh elemen bangsa yang mencintai negeri hendaknya bersatu padu melawan dan mencegah terorisme. Peristiwa terakhir pemboman di surabaya yang melibatkan satu keluarga sungguh sangat mengusik rasa kemanusia dan sangat di luar nalar sehat. Bagaimana mungkin anak – anak yang masih kecil sudah dilibatkan dalam kegiatan teror seperti itu? Oleh karena itu tentu menjadi kewajiban bersama untuk memberi pencerahan tentang bahaya dari terorisme ini agar Indonesia tidak menjadi ladang penyebaran benih – benih terorisme. Ungkap Dede ketika menjawab pertanyaan media tentang terorisme.

Di samping itu, kita juga perlu memberi pemahaman dengan benar dan berimbang apa itu terorisme, dan apa yang melatarbelakanginya. Dengan memahami hal ini maka diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam pencegahan terorisme akan efektif. Terorisme bisa dilakukan oleh kelompok mana saja, agama mana saja, dan bangsa mana saja. Jadi tidak melekat pada satu kelompok tertentu, karena terorisme hakikatnya adalah perbuatan teror, ancaman, kekerasan untuk membangun suasana ketakutan di tengah masyarakat dalam rangka mencapai tujuannya.

Lihat saja aksi Bhavesh Patel pengebom berdarah dingin yang melakukan serangan di makam tokoh sufi, Ajmer Sharif di India. Lihat juga kampanye pembunuhan yang dilakukan oleh sekte Inoue Shiro di Jepang. Termasuk kekerasan dan genosida muslim Rohingya di Myanmar. Ada juga kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Tentara Perlawanan Tuhan di Uganda yang menyebabkan 2 juta rakyatnya terusir dari kampung halaman mereka. Dan banyak lagi peristiwa teror di dunia yang dilakukan oleh beragam oknum manusia yang mengaku menganut agama sesuai keyakinan mereka. Ini semua menunjukan sebuah fakta bahwa pelaku tindakan terorisme bisa dilakukan oleh siapa saja. Dan Lantera tentunya akan menentang setiap tindakan teror yang dilakukan oleh siapa saja di wilayah NKRI khususnya, maupun di dunia pada umumnya. Termasuk tindakan teror para pekerja infrastruktur yang dilakukan oleh KKB di Nduga Papua dan tempat lainnya. Pandangan yang objektif, adil dan berimbang ini menjadi penting bahwa tindakan teror oleh siapapun tidak dibenarkan di republik ini. Pungkas Dede mengakhiri wawancara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *