Menuai Polemik, Lapangan Desa Tiyuh Wono Rejo di Akui Milik Sadimin

PANARAGAN TULANG BAWANG BARAT, fokuskriminal.com – Tekait kejelasan tanah lapangan sepak bola di Tiuh Wonorejo diakui Sadimin yakni mantan Kades kini sebagai Anggota DPRD TUBABA dari Partai Nasdem setelah menyebutkan bahwa tanah itu adalah miliknya pribadi dan sudah bersertifikat milik pribadi atas nama putra kandungnya bernama Romi sejak tahun 2007.

Sebagaimana disampaikan Sadimin saat dikonfirmasi awak media, Senin (17/2/2020) lalu di kantor DPRD Tubaba menyebutkan bahwa lapangan tersebut adalah hak miliknya pribadi kerna pada tahun 2000, Ia membelinya dari masyarakat sewaktu menjabat sebagai Kepalou Tiuh Wonorejo, diketahui sebelumnya tanah tersebut adalah tanah adat, menurut Sadimin.

Namun pernyataan Sadimin bertentangan dengan pernyataan Kepalou tiuh selaku Ngadenan dengan menceritakan asal usul lapangan desa Tiuh wonorejo, kepada awak media pada (12/2/2020) dan Selasa (18/2/2020).

” Lapangan itu sebelum tahun 2000an memang sudah ada pak, tapi lapangannya dulu ada di belakang pada saat itu dari 2001 saya menjadi carik di Tiuh Wonorejo sampai tahun 2006 saya berhenti. trus saya pindah ke Unit, tiba-tiba lapangan itu sudah di pindahkan kedepan katanya di tukar sama pak Suparwo, lahan pak Suparwo jadi lapangan dan lapangan yang di belakang itu jadi milik Pak Suparwo, kalau ditanya soal bagaimana ceritanya lapangan itu jadi pindah saya gak tau kayak apa nya, ” ujar Ngadenan.

Ngadenan menambahkan, pada tahun 2009 saya di minta untuk menjabat lagi jadi Carik oleh Kepalou Tiuhnya Pak Ngadimin.Lalu pada tahun 2009 itu, Pak ngadimin menghilang gak tau kemana dan meninggalkan jabatannya sebagai kepalou Tiuh selama dua tahun,dari tahun 2009-2011,sehingga masyarakat
Tiuh Wonorejo pada saat itu seperti anak Ayam kehilangan induknya.Ahirnya Saya di panggil Pak Camat Adi Waluyo dalam porum rapat pada saat itu untuk menggantikan posisinya,Saya tolak pada saat itu,Saya katakan kepada Pak Camat,kenapa harus Saya saya kan udah pindah di Unit,apakah orang orang di sini nggak bisa,maka Pak Camat saat itu mengatakan tidak ada yang mampu.Lalu seluruh masyarakat yang hadir dalam porum rapat pada saat itu serempak mengatakan,walau pun Bapak ada di Papua sekalipun gak ada masalah,yang penting Bapak mau menggantikan Posisi pak Ngadimin.Ahirnya saya terima Permintaan Pak Camat dan Masyarakat pada saat itu.Dan saya mulai membenahi Masalah di tiuh Wonorejo pada saat itu,terutama masalah PLN yang sudah di ajukan oleh Pak Sadimin,dan tahun 2009 PLN itu masuk,sehingga pada saat itu saya selesaikan masalah PLN itu dengan Nilai bukan sedikit pada saat itu sekitar 600 juta dengan Almarhum Pak Rustam Menggala,Saya selesaikan.Ahirnya ada surat Pemberitahuan SP1,SP2,SP3 dari Pak Bupati Bahtiar Pada saat itu buat pak Sadimin.Ahirnya saya panggil Pak Sadimin dan Saya katakan tolong habiskan masa jabatan Sampean,waktu itu dia di Jawa.Kata pak Sadimin gak bisa Saya sudah di berhentikan,terus kata Saya sudah lah itu urusan Saya.Maka pada saat itu Saya bawa pak Sadimin menghadap ke Pak Bahtiar,dan saya buat surat pernyataan bahwa saya serahkan kembali jabatan kepada Pak Sadimin agar supaya menghabiskan masa jabatannya sampai 2014,setelah Saya jadi Lurah,menggantikan Pak sadimin dari tahun 2014, Dia hanya menyerahkan Cap saja dengan Saya,seperti Peta Desa dan lain2 nya Dia tidak menyerahkan kepada Saya sampai sekarang ini,” Tutur Ngadenan.

Sementara itu Suparwo menjelaskan kepada awak media bahwa memang benar tanah pekarangan saya di tukar sama Pak Sadimin dengan lapangan yang ada di belakang, “memang benar Pak tanah Saya waktu itu di tukan sama Pak sadimin dengan lapangan yang di belakang, katanya permintaan masyarakat supaya lapangannya di pindah ke depan, tanah saya itu di depan lebarnya seperemat yang bergandengan sama tanah pak sadimin juga seperempat,dan waktu itu Saya nambah uang sebesar Rp. 5.000.000 (Lima juta rupiah ) katanya lapangan itu milik Nya, benar apa nggaknya lapangan itu milik Dia, kita juga gak tau dan waktu itu Saya di kasihnya surat tapi hanya Surat Keterangan Tanah(SKT),” jelas Suparwo.

Suparwo menceritakan bahwa sebenarnya lapangan itu bukan di situ tadinya Pak, tapi entah kenapa pada saat kepemimpinan Pak Sadimin,Lapangannya slalu berpindah-pindah Pak,trus ahirnya pindah ke tempat yang tukar dengan saya itu Pak,ya kata Pak Sadimin lahan Lapangan itu milik Dia,terkait benar apa nggak nya itu tanya aja sama Pak Sadimin,”kata Suparwo.

Selain itu, Sejumlah masyarakat Wono Rejo yang tidak ingin disebutkan mengatakan, ” Kami hanya masyarakat mas, dulu kami gotong royong membuat lapangan tersebut, pada waktu itu kami menggali tunggul-tunggul besar, seperti tunggul rambutan dan kayu keras lainya pada masa kepala Desa pak Sadimin, untuk surat menyurat nya kami tidak tau, kami tau ada lapangan ada”. pungkasnya sumber kepada awak media, Selasa (18/2/2020). (Red/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *