Diduga Jual Ke Pengecer, Warga Minta Tindak Tegas Pangkalan Gas Elpiji di Tanjab Timur

TANJAB TIMUR – Seakan menjadi fenomena dan diduga mengalami kelangkaan, dimana pemandangan yang acap kali terlihat di sejumlah pangkalan, warga mengantri berebut untuk mendapatkan gas Elpiji 3 Kg atau sering juga disebut gas Melon.

Khusus di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi, keadaan tersebut kerap berlangsung terus menerus hingga warga pun merasa kesal.

Beberapa media onlline pernah mengulas salah satu pangkalan Epiji 3 Kg di kawasan Kelurahan Pandan Jaya belum lama ini. Tepatnya di pangkalan Asi Manatap Lubis di RT 20 RW 04 Kelurahan Pandan Jaya, terlihat gas Elpiji 3 Kg dimuat ke mobil pribadi avanza berwarna hitam dan disusun secara rapi di bagasi belakangnya oleh pengemudi.

Tentu hal ini menarik perhatian sejumlah pihak. Berangkat dari sini, awak media mencoba melakukan investigasi dan menelusuri fakta yang terjadi di lapangan.

Mengunjungi sejumlah warga dan melakukan wawancara. Ternyata, sejumlah fakta-fakta baru pun terungkap. Kosongnya ketersediaan gas Melon yang diduga menjadi langka ini rupanya disebabkan oleh pelaku pangkalan yang diduga menjual kepada pengecer.

Dimana gas melon yang dijual pangkalan itu, diduga kerap dibooking oleh pelanggan tetap mereka dengan jumlah yang cukup banyak.

Warga RT 20 Pandan Jaya, Tri, mengungkapkan keluhanya dengan bercampur kesal kepada awak media terkait usahanya dan perjuangannya untuk mendapatkan gas Melon subsidi dari pemerintah, Selasa (28/04/2020) kemarin.

Ia mengatakan bahwa sangat sulit mendapatkan gas di pangkalan yang berlokasi di kawasan daerahnya, kadang-kadang harus ribut dulu dan cek-cok dengan pemilik pangkalan, yakni pangkalan Elpiji 3 Kg Asi Manatap Lubis.

Lalu dikatakannya, dengan senang hati Ia rela jika pangkalan tersebut memberikan harga diatas harga eceran tertinggi (Het), yang penting ketika dibutuhkan, gas Melon itu bisa didapatnya.

“Buk cari gas, tidak ada Om, ini pesanan semua. Loh, masa sebanyak ini pesanan semua,” ucapnya menirukan percakapannya dengan pemilik pangkalan.

“Ibuk ngecer berapa,” tanya Dia kepada pemilik pangkalan.

“Dua puluh,” lanjutnya tiru suara pemilik pangkalan.

“Sudahlah saya bayar satu tabung lima puluh ribu Buk, yang penting saya bisa memasak,” katanya.

“Tidak bisa Om, ini sudah pesanan,” katanya lagi dengan tiru suara pemilik pangkalan.

“Tidak bisa betul Buk sama tetangga,” tanyanya lagi kepada pemilik pangkalan, namun tidak juga mendapatkan gas bersubsidi tersebut.

Sambung Tri, keresahan masyarakat terhadap pangkalan Asi Manatap Lubis ialah karena tidak dilayaninya masyarakat sekitar pangkalan yang notabene-nya berada dalam satu RT untuk mendapatkan gas yang dijualnya.

“Yang penting ada (gas Elpiji 3 Kg, red), kan kita mau beli. Yang dikomplain itu karena tidak di kasih, barang baru turun dibilangnya habis,” terang Tri.

Diungkapkannya juga, keluhan terhadap pangkalan Asi Manatap Lubis sudah dirasa warga cukup lama. Dia berujar, bukan kepada satu atau dua warga saja, namun hampir ke seluruh warga RT 20 merasakan sulitnya untuk mendapatkan Elpiji 3 Kg di pangkalan itu.

“Sebenarnya sudah lama, cuma tidak berani lapor. Karenakan baru satu dua orang. Sekarang sudah menyeluruh, disini sudah ketataran semua,” katanya.

Sehingga, Ia meminta pihak-pihak terkait untuk membenahi apa yang terjadi di kalangan masyarakat khususnya warga RT 20 dengan pangkalan Elpiji 3 Kg Asi Manatap Lubis.

“Kemarin sudah dibilang juga sama masyarakat sini, kalau seperti itu kita demo aja gitukan gimana maunya. Kalau gak suruh cabut aja izinnya, biar sekalian. Saya gak cuma bicara ini ya, bisa dibuktikan dengan tetangga sini,” pungkasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Masturi. Masih terkait pangkalan yang sama, Ia menceritakan perilaku pemilik pangkalan yang tidak mau menjual Elpiji 3 Kg kepadanya karena alasan pekerjaannya.

“Kemarin sih dikasih, tapi besoknya lagi udah gak boleh lagi. Disitu harganya dua puluh sekarang,” ungkapnya kepada awak media di rumah pribadinya.

Berdalih agar tepat sasaran dalam penyaluran gas bersubsidi itu, pemilik pangkalan bahkan meminta Masturi untuk membawa surat keterangan tidak mampu agar bisa membeli gas Melon di pangkalan Asi Manatap Lubis.

“Terus istrinya itu minta surat keterangan miskin. Itu istri tetangga juga dikasih, tapi besoknya juga dipinta surat keterangan miskin,” kata Masturi.

Menurutnya, pangkalan Elpiji 3 Kg Asi Manatap Lubis diduga lebih mengutamakan menjual kepada pengecer (konsumen yang membeli lebih dari dua tabung, red) dengan menggunakan mobil dan motor dari pada kepada warga sekitar pangkalannya.

“Bertengkar dulu baru dikasih, tapikan caranya sudah gak enak kalau begitu,” keluhnya.

“Kalau inikan dipersulit biar ada lebihannya mau di jual ketempat lain. Iya, mobil kadang motor,” bebernya.

Tentu fakta-fakta ini kemungkinan besar yang diduga menjadi akibat atas kelangkaan gas Elpiji 3 Kg atau gas Melon, khususnya di Kecamatan Geragai dan kemungkinan bisa juga terjadi di daerah lainnya.

Padahal, pangkalan seharusnya mengutamakan konsumen, yakni masyarakat prasejahtera dan pelaku UMKM sesuai nama serta alamat yang terdata di pangkalan itu sendiri, bukan malah kepada pengecer penjualan.

Dikonfirmasi terpisah, untuk memverifikasi dan menguatkan fakta yang terjadi di lapangan. Ketua RT 20, Mutadi saat di sambangi awak media di kediamannya membenarkan jika keluhanan warganya kepada pangkalan Elpiji 3 Kg Asi Manatap Lubis benar adanya.

“Kemarin itu ada juga keluhan warga, mau beli gas malah gak boleh. Disuruh minta surat miskin. Ada yang seperti itu memang,” katanya.

“Yang jelas keluhannya seperti itulah, kadang baru datang tadi malam, pagi itu dibilang sudah habis. Kemarin ada juga yang bertengkar juga disitu, alasannya untuk orang miskin,” jelasnya.

Sementara itu, menanggapi keluahan warga, Ibu pemilik pangkalan Elpiji 3 Kg Asi Manatap Lubis ketika berhasil di konfirmasi awak media dengan tegas mengatakan bahwa pangkalannya menjual dengan harga Rp 20,000 ,- (Dua Puluh Ribu Rupiah).

“Sudah ku bilangi di rapat, bahwa sembilan belas itu, tetapi kalau saya kasih permen ke bapak-bapak, saya bukan anak kecil (contoh jawaban bapak-bapak-red). Sudah saya kasih tahu itu, bahwa kami ngecer dua puluh,” katanya.

Kemudian, dengan dalih pangkalannya tidak mendapatkan pinjaman tabung Elpiji 3 Kg dari Agen, akibatnya pangkalan Asi Manatap Lubis harus cepat menghabiskan gas subsidi tersebut dengan cara mengecerkan ke konsumennya (pengecer, red).

“Kalau masalah itu, kami kasih. Tetapi kalau sudah mau masuk gas, kami habiskan. Karena kami walaupun sudah bayar, kalau tidak habis, kami tidak bisa minjam tabung ke PT. Jadi dibawa pulang itu kalau tidak habis,” katanya lagi.

“Kalau tidak habis disini, ya dieceran akulah,” timpalnya. (Tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *