Jakarta, IDN Times – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) merasa yakin pertumbuhan ekonomi pada semester kedua 2025 dapat mencapai 5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Keyakinan ini didukung oleh beberapa kesepakatan perdagangan yang berhasil dicapai pemerintah.
Kepala Badan Kebijakan Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, menyatakan salah satu kesepakatan yang berhasil diraih adalah hasil pembicaraan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS), di mana tarif impor diturunkan menjadi 19 persen.
Selain itu, Indonesia juga telah mengakhiri perjanjian Ekonomi Komprehensif Indonesia-Eropa (IEU-CEPA). Perjanjian perdagangan dengan dua kawasan ekonomi besar yang mencakup pasar sekitar 800 juta penduduk ini dianggap sebagai sentimen positif, terutama setelah ketidakpastian global yang terjadi pada paruh pertama tahun ini.
“Berkat kesepakatan tarif yang turun dari 32 persen menjadi 19 persen, kami melihat ekspor Indonesia pada semester kedua tahun ini akan lebih kuat (resilien), sehingga peluang pertumbuhan ekonomi menuju sekitar 5 persen cukup terbuka,” ujar Febrio, dilaporkan Selasa (22/7/2025).
1. Ekspor berpeluang meningkat
Febrio menjelaskan bahwa peluang ekspor Indonesia semakin meningkat karena tarif sebesar 19 persen yang dikenakan terhadap produk negara ini lebih rendah dibandingkan tarif yang berlaku untuk negara lain. Dengan tarif yang lebih kompetitif, produk ekspor Indonesia diharapkan mampu menarik minat lebih besar di pasar global.
Di sisi lain, hasil negosiasi IEU-CEPA tidak hanya memberikan dampak positif terhadap perdagangan, tetapi juga berpeluang meningkatkan aliran investasi dari Uni Eropa ke Indonesia. “Ini merupakan kesempatan yang akan kami manfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua 2025,” kata Febrio.
2. Ekspor sepatu dan perabot rumah tangga diperkirakan mengalami kenaikan secara alami
Beberapa komoditas unggulan yang diekspor Indonesia ke Amerika Serikat antara lain perangkat jaringan komputer (seperti router elektronik), tekstil, sepatu, dan perabot rumah. Dengan penurunan tarif menjadi 19 persen, ekspor barang-barang ini diharapkan mengalami peningkatan yang signifikan.
“Peningkatan ekspor ke Amerika Serikat yang telah menunjukkan pertumbuhan dua digit pada semester pertama 2025 diharapkan dapat terus berlanjut pada semester kedua. Ini merupakan berita baik, dan kami ingin memanfaatkan momentum ini sebaik-baiknya,” kata Febrio.
3. Pengurangan bea masuk dan pajak untuk Amerika Serikat tidak berdampak signifikan terhadap pendapatan
Dalam proses negosiasi perdagangan, Indonesia juga menawarkan insentif berupa pengurangan pajak dan bea masuk. Namun, Febrio menegaskan bahwa pemberian insentif ini tidak akan memberatkan keuangan negara.
“Itu tidak memiliki makna penting. Efisiensinya terhadap anggaran hanya sekitar 2–3 persen dari total nilai impor Indonesia dari Amerika. Jadi, dampaknya terhadap keuangan negara relatif kecil,” tegas Febrio.
Harga Jual Dagang dengan Amerika Serikat Diperkirakan Menyebabkan Penurunan PDB Indonesia Sebesar 0,11 Persen Bank Indonesia Memperkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pada Semester Kedua Tahun 2025 Akan Menunjukkan Perbaikan Sri Mulyani Mengungkap Kondisi yang Harus Dipenuhi RI Agar Mencapai Pertumbuhan 5,8 Persen pada Tahun 2026







