Jelang Natal, Harga Telur dan Ayam di Pekanbaru Naik

PEKANBARU, Fokuskriminal.com – Jelang perayaan Natal 25 Desember 2018, harga telur dan ayam ras di sejumlah pasar tradisional seperti Pasar Cikpuan dan Pasar Kodim mengalami kenaikan.

“Harga telur ayam ras naik lebih banyak Rp 6.000 per papan (isi 30 butir),” kata Ida (30) pedagang warung kelontong di Pekanbaru, Rabu (12/12/2018), seperti dilansir dari antarariau.com.

Ida menjelaskan harga telur ayam ras naik pekan pertama bulan Desember dari awalnya hanya Rp38.000 per papan kini menjadi Rp 44.000 per-papan.

“Itu baru modal beli dari agen/distributor kami tentu pengecer harus naikan harga jual,” ujar Ida.

Kini dengan kenaikan modal jual maka harga eceran telur naik dari Rp 1.500 menjadi Rp 1.800 bahkan mencapai Rp 2.000 per-butirnya.

“Kalau eceran per-butir telur jadi lebih mahal, ketimbang beli jumlah besar,” tegasnya.

Menurut dia, kenaikan ini akibat perayaan Natal mulai tiba, dimana sejumlah umat Nasrani mulai mempersiapkan pembuatan kue.

Selain telur ayam ras, harga daging ayam potong juga merangkak naik di Pekanbaru.

Uni Enek (40) pedagang ayam potong di Jalan Air Hitam, menyebutkan kenaikan mencapai Rp 2.000 per-kilogram.

Untuk ayam potong ukuran kecil harganya lebih mahal ketimbang besar yang beratnya diatas dua kilogram.

“Kini kami mengecer ayam potong ukuran besar Rp24.000 per kilogram naik dari Rp 22.000. Sedangkan ukuran kecil lebih mahal Rp 26.000 perkilogram naik dari Rp24.000 per kilogram,” tutur Uni Enek.

Uni menambahkan sejauh ini stok dan pasokan ayam potong lancar, berapa saja dibutuhkan barang ada.

“Yang penting barang ada walau harga naik, yang susah kalau harga mahal stok menipis,” imbuh Uni.

Umi (43) tahun salah seorang pemilik usaha kue kering mengakui kenaikan bahan pembuat kue jelang moment perayaan seperti Idul Fitri dan Natal membuat pihaknya harus bijaksana menyikapi modal usaha.

“Sudah jadi kebiasaan harga telur, terigu, gula dan sebagainya naik jelang perayaan. Kami harus belanja jauh hari sebelum harga naik,” ujar Umi.

Karena kalau belanja saat harga sudah naik maka biaya produksi akan bertambah sementara harga jual tidak bisa naik, sebab akan bersaing dengan pasar.

Namun kelemahannya sebagai industri rumahan mereka sering terbentur modal awal sebelum pesanan tiba.

“Ia harus bijak kalau harga kue kering naik nanti gak laku, jadi harus cari modal pinjaman,” tambahnya. (*)

Sumber : antarariau.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *