Demokrasi Wani Piro : Kesungguhan Mantan Wartawan Tembus Senayan

PEKANBARU , FOKUS KRIMINAL – Demokrasi Wani Piro adalah buku ketiga karya besar Bagus Santoso, anggota DPRD Riau yang menunjukkan bagaimana demokrasi berjalan di Indonesia, khususnya di Riau beberapa periode terakhir. Acara yang digelar di Perpustakaan DPRD Riau, Senin (4/2/2019) banyak mendapat perhatian dari kalangan akademisi dan wartawan di Riau.

Seperti diketahui Bagus Santoso tahun sebelumnya telah berhasil menerbitkan dua buku yaitu Menantang Elit Parpol dibedah di Kampus UIN tahun 2007, Merakyat Tak Dapat Di Buat- buat tahun 2014.

Khusus pada tahun politik 2019 ini Bagus Santoso kembali menyusun 3 buku yaitu Demokrasi Wani Piro, Dinamika Politik Riau, Mahar Politik dan Kontestasi.

Buku Dinamika Politik Riau direncanakan akan di bedah di Kampus STAIN Bengkalis, tempat dimana Bagus Santoso menekuni kuliah jenjang S1 sedangkan buku Mahar Politik akan di bedah di Kampus Pascasarjana Universitas Nasional (UNAS), kampus Bagus Santoso menempuh jenjang Doktoral Ilmu Politik.

Buku Demokrasi Wani Piro dipilih dibedah di Gedung Perpustakaan DPRD Riau dengan pertimbangan
Bahwa bagian Perpustakaan merupakan gudang ilmu tetapi belum dioptimalkan dan belum ditunjang dengan program dan kegiatan yang memadai. Padahal Lembaga DPRD juga memiliki Gedung perpustakaan yang layak untuk kegiatan sekaligus bisa menjadi pusat informasi, apalagi lembaga DPRD sejatinya yang paling dekat dengan masyarakat, sejatinya menjadi sebuah panggung di mana simbol-simbol teori dan ilmu pengetahuan dipentaskan.

Bedah buku ini juga menegaskan bahwa anggota DPRD sebagai corong dan cermin pelaku politik dituntut profesional memiliki kemampuan pengetahuan, dan siap memberikan informasi
yang strategis, dalam peran penting untuk membangun masyarakat memajukan dan menjayakan daerah Riau.

Ilmu pengetahuan dan pengalaman terbukti ampuh membantah tudingan Anggota DPRD asbun (asal bunyi) bicara tidak berdasar data.

Buku Demokrasi Wani Piro berisi 220 halaman, terdiri dari 3 Sub Bab yaitu pertama Demokrasi , Politik dan Kekuasaan, kedua Riau, Masa Kini dan Masa Depan, Ketiga Politik Desa Hidup itu Anugerah.

Buku dengan pengantar Saiman Pakpahan Pengamat Politik, Dosen Universitas Riau dan Ruslan Ismail Mage Direktur Eksekutif Sipil Institut Jakarta diterbitkan oleh penerbit Nusamedia Bandung dan di cetak di Yogyakarta.

Pada buku yang bersampul hitam ini juga ditaburi berbagai komentar dan pandangan dari ahlinya para pakar, profesional, akademisi, wartawan dan politisi antara lain; M Hapiz Pimred Riau Pos, Ahmad S Udi Pimred Riauterkini.com, Doni Rahim Pimred Haluan Riau, Yanto Budiman Situmeang Pimred Majalah Azam, Zulmansyah Sekedang Ketua PWI Provinsi Riau, Dheni Kurnia wartawan Senior mantan Ketua PWI serta Saiman Pakpahan Akademisi.

Bagus Santoso adalah anggota DPRD Riau sudah menjabat 2 Periode 2009-2014, 2014-2019 dari Fraksi Partai Amanat Nasional. Tahun 2004 – 2009 sudah menjadi Wakil Ketua DPRD Bengkalis.

Meski menjadi wakil rakyat Bagus Santoso tetap aktif menulis diberbagai media cetak dan on line. Tulisannya selalu dinantikan pembaca karena gaya tulisanya yang khas, renyah enak dibaca dan dipahami, ciri tulisanya berdasar fakta dengan penyajian bahasa unik menggelitik karena selalu mengajak pembaca ikut larut ke dalam alam yang ditulis lalu diajak bersama- sama memberikan solusi nyata.

Mantan wartawan Riau Pos yang dikenal merakyat dan penyuka kuliner ini, sampai sekarang mendapat kehormatan tetap menulis dengan mengisi kolom Interupsi pada halaman Politika koran Riau Pos setiap hari senin.

Seakan tahu akan batas perpisahan, maka untuk memberikan kenangan yang indah nan berharga menutup masa akhir jabatan DPRD Riau Bagus Santoso mengambil momentum yang tidak semua orang bisa membacanya yaitu bedah buku di Gedung DPRD tempatnya bekerja dan berkarya selama 10 tahun.

Seperti agenda rutin sebelumnya setiap membuka lembaran tahun politik, jelang pesta lima tahunan pemilu 2019. (Tnjg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *